Kamis, 4 April 2013
#Perekonomian indonesia bab 5 & 6
“ STRUKTUR PRODUKSI, DISTRIBUSI, PENDAPATAN, DAN KEMISKINAN “
BAB 5 & 6
a.
STRUKTUR PRODUKSI
Struktur Produksi bagaikan kerangka
yang apabila kita ingin menjalankan suatu system kita harus membuat daftar list
yang ingin kita kerjakan sehingga proses produksi tersebut berjalan lancar dan
target pun dapat tercapai.
Sedangkan arti sebenarnya dari Struktur Produksi
adalah logika proses produksi, yang menyatakan hubungan antara beberapa
pekerjaan pembuatan komponen sampai menjadi produk akhir, yang biasanya
ditunjukkan dengan menggunakan skema.
Lapangan usaha dan hasil produksi
kegiatan ekonomi nasional merupakan cerminan dari Struktur Produksi Nasional.
Jika berdasarkan lapangan usaha, struktur produksi terdiri dari sebelas
lapangan usaha. Sedangkan berdasarkan hasil kegiatan produksi nasional terdiri
dari tiga sector, yaitu : sector primer, sekunder, dan tersier.
Seiring berjalannya waktu,
perkembangan kegiatan ekonomi struktur produksi dalam sector tersebut
mengalami fluktuasi. Pendominasian terhadap sector-sektor produksi kerap
terjadi dalam struktur produksi nasional yang berakibat pada perubahan
perubahan struktur produksi.
Faktor terjadi perubahan disebabkan karena :
a.
Sifat manusia
dalam perilaku konsumsinya yang cenderung berubah dari konsumsi barang barang
pertanian menuju konsumsi lebih banyak barang-barang industry.
b.
Perubahan
teknologi yang semakin berkembang.
c.
Semakin meningkatnya keuntungan komparatif
dalam sector barang-barang industry.
Struktur
produksi nasional pada awal tahun pembangunan jangka panjang ditandai oleh
peranan sektor primer, tersier, dan industri. Sejalan dengan semakin meningkatnya
proses pembangunan ekonomi maka pada akhir Pelita V atau kedua, struktur
produksi nasional telah bergeser dari dominasi sektor primer menuju sektor
sekunder.
b.
PENDAPATAN NASIONAL
Pendapatan Nasional merupakan salah satu indicator
yang paling penting dalam perkembangan Indonesia. Dengan melihat angka
pendapatan nasional, kita bisa mengetahui apakah penduduk kita konsumtif atau
tidak. Angka tersebut melambangkan berbagai macam pengeluaran, seluruh produksi
yang ada, ataupun pendapatan yang dihasilkan dari berbagai sector ekonomi suatu
Negara dalam kurun waktu tertentu.
Pendapatan
Nasional sering digunakan sebagai indicator ekonomi dalam hal :
a.
Membandingkat
tingkat kesejahtraan masyarakat suatu Negara dengan masyarakat Negara lain
b.
Menentukan laju
tingkat pertumbuhan/perkembangan perekonomian suatu Negara, serta
c.
Mengukur
keberhasilan suatu negara dalam mencapai tujuan pembangunan ekonominya. Namun
dalam kenyataannya terdapat pro dan kontra dengan hal ini.
Tidak semua
ahli ekonomi menyetujui hal diatas, karena:
·
Selain
pendapatan, ada pula factor lain yang menunjukan kesejahtraan masyarakat suatu
Negara, serta
·
Kesejahtraan
yang bersifat subjektif, tiap orang mempunyai pandangan yang berbeda sehingga
menjadikan tolak ukur yang berbeda pula.
Beberapa tokoh ekonomi mengungkapkan masalah-masalah
ekonomi :
1.
Dudley Seers, mengemukakan 3 masalah pokok yang perlu diperhatikan
dalam perkembangan perekonomian: tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, dan
tingkat ketimpangan di berbagai bidang.
2.
JL Tamba, berpendapat bahwa yang harus diperhatikan ada 4 hal
dalam membangung kemakmuran dan kesejahtraan masyarakat : kesehatan dan
keamanan, pendidikan dan keahlian standar hidup, pendapatan, serta permukiman.
3.
Hendra Esmara, memilih 3 komponen yang ia anggap perlu diperhatikan
dalam mengukur kesejahtraan dan kemakmuran suatu Negara : pendekatan produksi,
pendekatan pengeluaran, dan pendekatan pendapatan.
Sedangkan
konsep perhitungan yang dipergunakan adalah :
·
Konsep
kewarnegaran
·
Konsep kewilayahan
·
Menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan produksi (GDP)
Gross Domestic Product atau Produk
Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan nasional yang nilainya dihitung dengan
cara menjumlahkan seluruh kegiatan produksi yang dilakukan oleh semua sector
ekonomi atau pelaku ekonomi di wilayah Indonesia dalam kurun waktu tertentu.
Cara menghitungnya adalah
Y = [(Q1 X P1) + (Q2 X P2) + (Qn X Pn) ……]
GDP menggunakan konsep kewilayahan
yang artinya nilai produksi tersebut diperoleh dari seluruk kegiatan produksi
dari semua pelaku ekonomi yang melaksanakan kegiatan produksinya di wilayah
Indonesia saja, tidak dilihat apakah dia warga Negara Indonesia atau asing.
·
Menghitung pendapatan pengeluaran
dengan pendekatan pengeluaran GNP (Gross National Product)
GNP atau Produk Nasional Bruto (
PNB) adalah pendapatan nasional yang nilainya dijumlahkan dengan cara
menjumlahkan seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh semua pelaku/sector
ekonomi di Indonesia, yang berwarga negara Indonesia, dalam kurun waktu
tertentu.
GNP menggunakan konsep kewarganegaraan,
artinya nilai pengeluaran tersebut dihitung dari pelaku ekonomi yang
berkewarganegaraan Indonesia saja.
Cara menghitungnya adalah :
y = c + i + g + (x-m)
Dimana :
Y = Pendapatan
nasional
C = Konsumsi
rumah tangga
I = Investasi
G = Pengeluaran
pemerintah
X =
Eksport
M = Import
Agar pendapatan nasional GNP
nilainya sama dengan GDP, maka pendapatan tersebut harus dikurangi terlebih
dahulu dengan apa yang disebut “pendapatan netto luar negri dari factor
produksi” . Yang dimaksud dengan pendapatan netto terhadap factor produksi
adalah selisih antara penerimaan sumber daya Indonesia yang bekerja di Negara
lain dengan pengeluaran Negara Indonesia untuk orang asing yang bekerja di
Indonesia. Dan bila dilihat dari neraca jas Indonesia masih menunjukan nilai
yang negative atau deficit. Hal ini perlu dilakukan mengingat dasar perhitungan
kedua jenis pendapatan nasional tersebut diperoleh dengan pendekatan dan konsep
perhitungan yang berbeda yaitu kewarganegaraan atau kewilayahan.
Dengan demikian jika dituliskan dalam bentuk formula
adalah :
o GDP = GNP – Pendapatan netto luar negri terhadap
factor produksi
o GDP = GNP – ( Penerimaan factor produksi WNI di LN –
Penerimaan factor produksi WNA di Indonesia)
·
Menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan NI (National
Income)
National Income (NI) adalah pendapatan nasional yang
nilainya didapatkan dengan cara menjumlahkan semua hasil /pendapatan yang
diperoleh semua pelaku ekonomi/sector ekonomi dalam kurun waktu tertentu.
Cara menghitungnya adalah
y = w + i + r + p
Dimana :
Y = Pendapatan nasional
W = Wage
I = Interest
R = Rent
P = Profit
Berikut
merupakan konsep pendapatan nasional :
a)
Produk Domestik Bruto (GDP)
Produk domestik bruto (Gross
Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang
dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara
(domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil
produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang
beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan
termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah
yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
b)
Produk Nasional Bruto (GNP)
Produk Nasional Bruto (Gross
National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang
dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk
hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di
luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang
beroperasi di wilayah negara tersebut.
c)
Produk Nasional Neto (NNP)
Produk Nasional Neto (Net National
Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal (sering
pula disebut replacement). Replacement penggantian barang modal/penyusutan bagi
peralatan produski yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran
sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun
relatif kecil.
d)
Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan Nasional Neto (Net
National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang
diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat
diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak
langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti
pajak penjualan, pajak hadiah, dll.
e)
Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendapatan perseorangan (Personal
Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam
masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun.
Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment).
Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa
produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun
lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para
pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk
mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak
laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba
yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk
beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran
pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan
dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi
bekerja).
f)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income)
adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa
konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi.
Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan
pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak
dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib
pajak, contohnya pajak pendapatan.
c.
DISTRIBUSI
PENDAPATAN DAN KEMISKINAN
Disparitas Distribusi Pendapatan dan
Kemiskinan Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah
disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak
meratanya distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang
merupakan awal dari munculnya masalah kemiskinan. Membiarkan kedua masalah
tersebut berlarut-larut akan semakin memperparah keadaan, dan tidak jarang
dapat menimbulkan konsekuensi negatif terhadap kondisi sosial dan politik.
Masalah kesenjangan pendapatan dan
kemiskinan tidak hanya dihadapi oleh negara sedang berkembang, namun negara
maju sekalipun tidak terlepas dari permasalahan ini. Perbedaannya terletak pada
proporsi atau besar kecilnya tingkat kesenjangan dan angka kemiskinan yang
terjadi, serta tingkat kesulitan mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas
wilayah dan jumlah penduduk suatu negara. Semakin besar angka kemiskinan,
semakin tinggi pula tingkat kesulitan mengatasinya. Negara maju menunjukkan
tingkat kesenjangan pendapatan dan angka kemiskinan yang relative kecil
dibanding negara sedang berkembang, dan untuk mengatasinya tidak terlalu sulit
mengingat GDP dan GNP mereka relative tinggi. Walaupun demikian, masalah ini
bukan hanya menjadi masalah internal suatu negara, namun telah menjadi
permasalahan bagi dunia internasional.
Berbagai upaya yang telah dan sedang
dilakukan oleh dunia internasional, baik berupa bantuan maupun pinjaman pada
dasarnya merupakan upaya sistematis untuk memperkecil kesenjangan pendapatan
dan tingkat kemiskinan yang terjadi di negara-negara miskin dan sedang
berkembang. Beberapa lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia serta
lembaga-lembaga keuangan internasional lainnya berperan dalam hal ini.
Kesalahan pengambilan kebijakan dalam pemanfaatan bantuan dan/ atau pinjaman
tersebut, justru dapat berdampak buruk bagi struktur sosial dan perekonomian
negara bersangkutan.
Ukuran
Kemiskinan
1. Kemiskinan Absolut
Konsep kemiskinan pada umumnya selalu dikaitkan dengan pendapatan dan
kebutuhan, kebutuhan tersebut hanya terbatas pada kebutuhan pokok atau
kebutuhan dasar ( basic need ).
Kemiskinan dapat digolongkan dua bagian yaitu :
a. Kemiskinan untuk memenuhi bebutuhan dasar.
b. Kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
2. Kemiskinan Relatif
Menurut Kincaid ( 1975 ) semakin besar ketimpang antara tingkat hidup orang
kaya dan miskin maka semakin besar jumlah penduduk yang selalu miskin.
Ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi kemiskinan baik secara langsung maupun tidak langsung,
yaitu sebagai berikut :
·
Tingkat
kemiskinan cukup banyak.
·
Mulai
dari tingkat dan laju pertumbuhan output ( produktivitas tenaga kerja)
·
Tingkat
inflasi.
·
Tinggat
Infestasi.
·
Alokasi
serta kualitas sumber daya alam.
·
Tingkat
dan jenis pendidikan
·
Etos
kerja dan motivasi pekerja.
·
Strategi
Dalam Mengurangi kemiskinan
·
Pembangunan
Sektor Pertanian
Sektor pertanian memiliki peranan penting di dalam pembangunan karena sektor Tersebut
memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pendapatan masyarakat di pedesaan
berarti akan mengurangi jumlah masyarakat miskin.
·
Pembangunan
Sumber Daya manusia
Sumberdaya
manusia merupakan investasi insani yang memerlukan biaya yang
cukup besar, diperlukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan
kesejahteraan masyrakat secara umum, maka dari itu peningkatan lembaga
pendidikan, kesehatan dan gizi merupakan langka yang baik untuk diterapkan oleh
pemerintah. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat Mengingat LSM memiliki
fleksibilitas yang baik dilingkungan masyarakat sehingga mampu memahami
komunitas masyarakat dalam menerapkan rancangan dan program pengentasan
kemiskinan
SUMBER
: